Diplomasi Ekonomi untuk Tingkatkan Ekspor
Selasa,22 Oktober
2013
Walaupun negara kaya minyak, namun negara Uni
Emirat Arab ini tidak tergantung pada (UEA) minyak bumi dan gas. Kini, tinggal
30 persen perekonomian negara itu yang bergantung kepada minyak-gas, sedang 70
persen ekonomi dibangunan dari jasa dan transportasi.
Demikian
diungkapkan Duta Besar RI untuk UEA, Salman al Farisi ketika memberikan kuliah
umum bagi mahasiswa UII dan UGM di Auditorium Kahar Mudzakkir Kampus
Terpadu UII Yogyakarta, Senin (21/10).
Kuliah
umum dengan tema 'The Future of Emerging Markets: Brazil and The United
Arab Emirates' juga menghadirkan Duta Besar RI untuk Brazil Sudaryomo
Hartosudarmo. Kuliah dibuka Rektor UII Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc.
Lebih lanjut Salman mengatakan negara UEA cukup aktif berinvestasi pengembangan energi di negara lain. Juga membuat karya yang unik yang bisa membuat orang selalu ingin datang dan melihatnya, seperti hotel tertinggi, mal terbesar dan lainnya.
Lebih lanjut Salman mengatakan negara UEA cukup aktif berinvestasi pengembangan energi di negara lain. Juga membuat karya yang unik yang bisa membuat orang selalu ingin datang dan melihatnya, seperti hotel tertinggi, mal terbesar dan lainnya.
"Terkait
dengan Indonesia, perlu dikembangkan pemikiran diplomasi ekonomi yang tidak
konsep tetapi target," kata Salman. Ia memandang penting diplomasi politik
ditekankan sehingga ada target nyata. "Bisa saja seorang Dubes bila
bertugas diberi target untuk menghasilkan investasi ke Indonesia, jika tidak
mencapai target dipersilakan mundur," tutur Salman.
Saat
ini, tekstil masih menjadi andalan impor Indonesia ke UEA. "Bahkan seragam
militer UEA itu dari Indonesia, produk Sritek Solo," ujarnya sambil
menambahkan produk furniture Indonesia banyak ke sana. Meski memiliki SDA
minyak dan gas yang luar biasa, UEA disebut Salman Al Farisi, sebagai negara
yang pertama mengembangkan pusat listrik tenaga nuklir dan juga menggunakan
pusat listrik tenaga matahari.
Negeri
itu juga mengembangkan energy di negeri lain dan terus melakukan penelitian
sumber yang lain, mengingat kebutuhannya hampir mencapai kapasitas yang
dimiliki. "Dengan demikian, tidak seperti Indonesia yang sampai sekarang
masih suka byar-pet," tuturnya.
Menurut
Saya, Indonesia harus banyak belajar dari UEA. Karena walaupun mereka termasuk
Negara kaya minyak, tetapi Mereka tidak menggantungkan perekonomiannya pada sektor
perminyakan saja. UEA bahkan menggantungkan perekonomiannya pada jasa dan
transportasi.
Sunber : REPUBLIKA
Komentar
Posting Komentar