TUGAS SOFTSKILL 10 "PAPER"

ANALISIS PERBEDAAN PERILAKU AUDITOR
DALAM ETIKA PROFESI
TERHADAP PERAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUA


ABSTAK
         
Tujuan penelitian ini untuk menguji apakah ada perbedaan perilaku etis antara auditor berdasarkan faktor individu (locus of control, tahun pengalaman kerja, jender, dan sensitivitas ekuitas) dan untuk mengetahui bagaimana persepsi auditorss terhadap kode etik akuntan asosiasi Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta. Ini Penelitian menggunakan metode convenience sampling untuk mengumpulkan sampel Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perilaku etis secara signifikan perbedaan antara locus internal auditor kontrol dan locus of control eksternal auditor, antara auditor senior dan auditor junior, dan antara benevolents auditor dan entitleds auditor dan juga ada perbedaan perilaku tidak etis secara signifikan antara laki-laki auditor dan auditor wanita. Hasil analisis tambahan menggunakan uji proporsi menunjukkan bahwa semua responden (auditor) dalam penelitian ini memiliki persepsi positif terhadap kode etik Akuntan Indonesia asosiasi, sehingga semua responden memiliki perilaku etis, meskipun memiliki tingkat yang berbeda dari masing-masing individu berdasarkan berbagai faktor masing-masing.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
            Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Perilaku tidak etis merupakan isu yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo,1999).
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis dalam profesi akuntan menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka (Fine et al. dalam Husein, 2004. Kesadaran etika dan sikap profesional memegang peran yang sangat besar bagi seorang akuntan (Louwers etal. dalam Husein, 2004).
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etik yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etis dalam setting auditing misalnya, dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam situasi konflik seperti ini, maka pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir (Muawanah dan Indriantoro, 2001). Pembahasan mengenai perilaku dan keinginan untuk mengubah perilaku atau menciptakan perilaku yang diinginkan, pertamatama perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh tersebut (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998). Penelitian ini mengambil starting point penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fauzi (2001) yang meneliti tentang pengaruh perbedaan faktor-faktor individual berupa locus of control, disiplin akademis, pengalaman kerja dan equity sensitivity terhadap perilaku etis mahasiswa.
Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik terdaftar, diperlukan izin dari Departemen Keuangan, yaitu adanya persyaratan pengalaman, minimal 3 tahun bekerja sebagai auditor pada KAP atau BPKP.
Hal ini juga dilandasi oleh UU no.34 tahun 1954 yang mengatur penggunaan sebutan akuntan. Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik terdaftar, diperlukan izin dari Departemen Keuangan, yaitu adanya persyaratan pendidikan, diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari fakultas ekonomi Universitas Negeri yang telah mendapatkan persetujuan dari Panitia Ahli Persamaan Ijazah Akuntan. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa auditor berasal dari disiplin akademis akuntansi, sehingga tidak terdapat perbedaan faktor individual disiplin akademis.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antar auditor berdasarkan perbedaan faktor-faktor individualnya yaitu sebagai berikut:
1.             Perilaku etis antar auditor dengan internal locus of control dan auditor dengan external locus of control.
2.             Perilaku etis antara auditor senior dan auditor junior.
3.             Perilaku etis antara auditor pria dan auditor wanita.
4.             Perilaku etis antara auditor yang termasuk kategori benevolents dan auditor yang termasuk kategori entitleds.

LANDASAN TEORI

Etika dan Perilaku Etis
Perilaku yang beretika dalam organisasi adalah melaksanakan tindakan secara fair sesuai hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan (Steiner dalam Reiss dan Mitra, 1998). Harsono (1997) menyimpulkan bahwa etika adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah benar dan salah. Etika profesi merupakan etika khusus yang menyangkut dimensi sosial. Etika profesi khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan, yang mana dalam penelitian ini adalah akuntan.
Perilaku etis juga sering disebut sebagai komponen dari kepemimpinan, yang mana pengembangan etika adalah hal penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu organisasi (Morgan, 1993). Larkin (2000) juga menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam semua profesi termasuk auditor. Apabila seorang auditor melakukan tindakantindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998).

Peran Kode Etik Akuntan Indonesia
Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di ingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktik auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Sihwahjoeni dan Godono, 2000).

Faktor-Faktor Individual
Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor individual meliputi locus of control (LOC), lama pengalaman kerja, gender, dan equity sensitivity. Locus of control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter dalam Prasetyo, 2002). Reiss dan Mitra (1998) membagi locus of control menjadi dua, yaitu: internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor-faktor dari dalam diri mereka sendiri. External locus of control adalah cara pandang dimana segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada diluar kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir. Individu yang termasuk dalam kategori ini meletakkan tanggung jawab diluar kendalinya. Lama pengalaman kerja (Years Of Job Experience). Widiastuti (2003) yang membagi level hierarkis auditor (akuntan publik) menjadi dua yaitu termasuk kategori senior apabila telah bekerja lebih dari dua tahun dan yunior di bawah dua tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi secara signifikan terhadap kode etik akuntan Indonesia diantara auditor senior dan auditor yunior. Perilaku etis antara auditor senior dan auditor junior akan dipengaruhi oleh lama pengalaman kerja yang mana selama bekerja sebagai seorang auditor dihadapkan dengan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan perilaku etis (Prasetyo, 2004). Konsep gender dalam penelitian ini berdasarkan konsep seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan kodrat yang ditentukan secara biologis (Rahmawati, 2003). Pria dan wanita akan menunjukkan perbedaan dalam perilaku dalam bertindak didasarkan pada sifat yang dimiliki dan kodrat yang telah diberikan secara biologis. Reiss dan Mitra melakukan penelitian tentang efek dari perbedaan faktor-faktor individual dalam kemampuan menerima perilaku etis atau tidak etis. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih etis dibandingkan pria. Equity berhubungan dengan fairness (keadilan) yang dirasakan seseorang dibanding orang lain (Sashkin dan Williams dalam Fauzi, 2001. Equity sensitivity mencoba menjelaskan perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan oleh karakteristik individual bahwa terdapat tiga tipe individu yaitu individu equity sensitives yang merasa adil ketika inputs sama dengan outputs, individu benevolents merasa adil (equity) ketika inputs lebih besar dari outputs, dan individu entitleds merasa adil (equity) ketika outputs lebih besar dari inputs.

Locus Of Control
Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi.
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005).
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.

Pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik (Ranupandojo, 1984 : 71). Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :
a.              Lama waktu/ masa kerja
Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
b.             Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.
c.              Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan
Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan. (Foster, 2001 : 43).

Gender
Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya. Pria dan wanita secara sexual memang berbeda. Begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun perannya di masyarakat dapat disejajarkan dengan batasan-batasan tertentu. Kesetaraan gender yaitu kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Equity Sensitivity
Equity Sensitivity atau sensitivitas terhadap kewajaran adalah menyamaratakan antara input dengan output yang dihasilkan.



METODE PENELITIAN

          Penulisan isi menggunakan metode deskriptif (pemaparan). Menurut (Best,1982 : 119) Metode deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Serta menggunakan data sekunder, mendapatkan data dari berbagai website dan jurnal.


HASIL

Terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor internal locus of control dan auditor external locus of control. Secara statistik, auditor internal locus of control cenderung berperilaku lebih etis daripada auditor external locus of control. Auditor junior cenderung berperilaku lebih etis daripada auditor senior. Tidak terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor pria dan auditor wanita. Gender tidak menyebabkan perbedaan perilaku etis yang signifikan. Terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor benevolents dan auditor entitleds. Auditor benevolents cenderung mempunyai perilaku lebih etis daripada auditor entitleds. Secara keseluruhan seluruh responden (auditor) dalam penelitian ini memiliki persepsi positif terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia yang meliputi pelaksanaan kode etik, serta penafsiran dan penyempurnaan kode etik, sehingga seluruh responden memiliki perilaku yang etis. Kesimpulan keseluruhan yang dapat diambil bahwa setiap responden (auditor) dalam penelitian ini secara umum mempunyai perilaku yang etis, meskipun kadarnya berbeda dari masing-masing individu berdasarkan perbedaan faktorfaktor individual yang dimilikinya. (Putri Nugrahaningsih, 2005)

Referensi :
Nugrahaningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor Individual : Locus of Control, Pengalaman Kerja, Gender, dan Equity Sensitifity). Semarang : Universitas Negeri Semarang

  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSOK KETUA KPK

MENGENAL TENTANG BPK

MEREKA ITU SEPERTI NANO-NANO